Krisis Identitas — Dunia terus Berubah, tapi Kamu Jangan Sampai Hilang Arah!
![]() |
By Freepik.com |
Pernah ngerasa kayak Piko? Sibuk jadi semua orang, tapi lupa jadi diri sendiri.
Piko adalah anak muda yang aktif banget di media sosial. Setiap hari, algoritma di ponselnya menampilkan gaya hidup baru kaya olahraga padel, outfit minimalis, rutinitas produktif versi influencer, sampai profesi yang lagi naik daun seperti software engineer atau content creator.
Awalnya, Piko cuma ingin mencoba hal baru. Tapi tanpa sadar, ia jadi terus-menerus menyesuaikan diri dengan tren yang sedang viral. Begitu tren meredup, semangatnya ikut padam. Lama-kelamaan, Piko mulai kehilangan arah, ia nggak tahu lagi apa yang benar-benar ia suka dan mana yang cuma ikut-ikutan supaya diterima.
Sampai suatu malam, Piko bertanya ke dirinya sendiri “Kalau semua ini berhenti... aku sebenarnya siapa?”
Apa Itu Krisis Identitas?
Krisis identitas terjadi saat seseorang merasa bingung menentukan siapa dirinya, apa nilai hidupnya, dan ke mana arah yang ingin ia tuju.
Psikolog Erik Erikson menjelaskan bahwa masa remaja memang fase paling rawan mengalami krisis ini, fase di mana kita mulai mencari jati diri dan posisi di tengah dunia yang terus berubah.
Masalahnya, di era digital sekarang, pencarian itu jadi makin rumit.
Media sosial menciptakan standar baru tentang bagaimana “seharusnya” seseorang hidup. Harus produktif, sukses sebelum umur 25, punya gaya hidup estetik, atau setidaknya terlihat bahagia di Instagram.
Akibatnya, banyak anak muda akhirnya menilai diri berdasarkan like, komentar, dan validasi eksternal, bukan dari nilai dan potensi diri yang sesungguhnya.
Padahal, mengalami krisis identitas itu bukan kesalahan.
Sebaliknya, itu bisa jadi pintu menuju versi diri yang lebih matang, kalau kita mau jujur menghadapi kebingungan itu dan belajar mengenali siapa diri kita sebenarnya.
Dampak Krisis Identitas
Kalau dibiarkan, krisis identitas bisa memengaruhi banyak aspek hidup, seperti:
- Menurunnya rasa percaya diri, kamu jadi sering membandingkan diri dengan orang lain dan merasa nggak cukup baik.
- Muncul kecemasan dan kebingungan, sulit menentukan keputusan besar karena nggak tahu apa yang sebenarnya diinginkan.
- Mudah terpengaruh lingkungan, ikut tren biar dianggap keren, padahal hati nggak benar-benar mau.
- Sulit membangun hubungan sehat, karena belum memahami diri sendiri, sulit juga memahami orang lain.
- Kehilangan motivasi, hidup terasa datar, tanpa tujuan yang jelas.
- Semua ini bisa bikin kita merasa kosong, bahkan di tengah kesibukan atau pencapaian yang terlihat dari luar.
Cara Menghadapi Krisis Identitas
Kabar baiknya, kamu bisa berdamai dengan fase ini. Berikut beberapa langkah sederhana yang bisa kamu coba:
1. Kenali diri sendiri
Luangkan waktu buat memperhatikan hal-hal kecil yang bikin kamu ngerasa hidup, entah itu nulis, masak, jalan sore, atau ngobrol sama teman yang bikin nyaman.
2. Berhenti membandingkan
Setiap orang punya jalannya sendiri, yang terlihat cepat sukses di luar belum tentu benar-benar bahagia.
3. Tanya apa yang bener-bener kamu mau
Bukan apa yang keren di mata orang lain, tapi apa yang terasa “kamu banget”.
4. Berani ambil keputusan
Kadang arah hidup nggak langsung jelas di awal. Tapi setiap langkah kecil yang kamu ambil dengan sadar, akan menuntun kamu ke arah yang lebih tepat.
5. Cari lingkungan yang suportif
Dikelilingi orang-orang yang bisa menerima kamu apa adanya membuat perjalanan mengenal diri terasa jauh lebih ringan.
Belajar dari Kisah Vidi Aldiano
![]() |
Instagram @vidialdiano |
Vidi Aldiano mungkin dikenal sebagai penyanyi sukses dan pekerja keras. Tapi di balik semua itu, ia pernah menghadapi krisis identitas yang cukup berat.
Dalam sebuah wawancara, Vidi mengaku sempat merasa kehilangan arah di masa pandemi karena banyak kesempatan datang bukan di bidang musik, sehingga membuat Vidi bingung dan mempertanyakan arah hidupnya.
Selain itu, pengalaman masa kecil dan tekanan keluarga juga sempat memengaruhi cara ia melihat dirinya sendiri.
Adanya tekanan keluarga dan ekspektasi sosial sempat memengaruhi cara ia melihat dirinya sendiri, bahkan mengaku pernah berada di fase agnostik karena merasa hampa secara spiritual.
Dengan dukungan teman dan keluarga, Vidi perlahan menemukan kembali fokus hidupnya. Perlahan ia belajar untuk menerima bahwa hidup nggak harus selalu sesuai rencana. Ia berdamai dengan dirinya sendiri, memahami bahwa identitas bukan sesuatu yang harus ditemukan sekali untuk selamanya, tapi sesuatu yang terus berkembang seiring waktu.
Kini, Vidi justru lebih tenang dan autentik. Ia menegaskan bahwa krisis identitas bukan tanda kegagalan, tapi momen penting untuk mengenal diri lebih dalam.
Yuk, Kenali Diri Sendiri!
Di dunia yang terus berubah dan dipenuhi tren serta standar sosial yang cepat berganti, penting banget punya prinsip dan arah yang jelas. Kenali apa yang benar-benar bikin kamu nyaman, dan hal-hal yang ingin kamu capai tanpa harus terpengaruh omongan orang atau tren sementara.
Ingat, menemukan diri sendiri bukan soal tiba-tiba tahu segalanya, tapi tentang berani melangkah dan belajar mengenal diri di setiap prosesnya.
Dunia boleh berubah. Tren boleh berganti.Tapi kamu? Jangan sampai hilang arah.
Referensi:
https://www.gramedia.com/literasi/krisis-identitas/
https://women.okezone.com/read/2024/11/08/483/3083720/vidi-aldiano-beberkan-dampak-krisis-identitas-di-masa-remaja-sulit-bersyukur-hingga-sempat-agnostik?page=2
Komentar
Posting Komentar