Child Grooming: Eksploitasi Kepolosan Anak
Ditulis oleh Bidang Multimedia
![]() |
By Freepik.com |
Pelecehan seksual menjadi isu yang mengkhawatirkan di lingkungan masyarakat sejak dulu. Banyak kasus pelecehan seksual yang sering kali tidak terdengar karena korban merasa malu atau bahkan terancam ketika mengungkapkan apa yang dialaminya. Sasaran pelecehan seksual juga tak pandang umur. Anak-anak yang seharusnya dilindungi, jutru rentan menjadi korban pelecehan seksual berupa child grooming.
Pemberitaan mengenai child grooming baru-baru ini mencuat setelah adanya sebuah rumor seorang selebriti berusia dewasa pernah mengencani seorang anak di bawah umur. Kasus seperti ini sudah sering terjadi di lingkungan sosial. Banyak orang berpikir hal tersebut normal-normal saja jika pelaku dan korban saling suka dan cinta. Nyatanya, kasih sayang yang diberikan pelaku hanyalah manipulasi semata agar pelaku dapat membelenggu korban dalan jerat eksploitasi seksual.
Child grooming adalah manipulasi psikologis yang dilakukan orang dewasa untuk membangun kepercayaan dan kedekatan emosional dengan anak atau remaja, dengan tujuan melakukan eksploitasi seksual, pelecehan, atau tindakan kriminal lainnya. Pelaku biasanya mendekati anak secara bertahap dengan memberi perhatian, hadiah, atau tindakan lain untuk membangun kepercayaan dan perlahan membangun hubungan yang seolah-olah penuh kasih sayang. Hubungan yang tampak "istimewa" bagi anak sebenarnya menjadi batu loncatan bagi pelaku untuk memanipulasi anak agar menuruti keinginannya.
Menurut Winter et al., (2017), terdapat 4 tahapan bagi pelaku child grooming untuk mendapatkan korban, diantaranya:
1. Mencari calon korban
Pelaku biasanya akan mengincar calon korban dengan latar belakang, seperti tampang fisik, anak yang kurang percaya, anak yang kurang perhatian dan kasih sayang, ataupun anak dengan masalah keluarga seperti fatherless, broken home, dan lain-lain. Anak dengan latar belakang tersebut terkadang akan mencari sosok yang dapat memberikannya perhatian dan kasih sayang penuh, sehingga celah ini lah yang dapat digunakan pelaku untuk memanipulasi korban.
2. Mendekati dan mengisolasi korban
Untuk membangun suatu kedekatan, pelaku biasanya akan berpura-pura menjadi sosok pendidik, pengasuh, atau bahkan sosok “ayah” bagi korban. Figur yang dibangun tersebut yang membuat anak mulai menaruh kepercayaan, sehingga pelaku dapat membuat anak jauh dari lingkungan sosialnya.
3. Manipulasi emosi
Agar anak merasa jika pelaku dapat dipercaya, pelaku akan menyesuaikan diri menjadi teman sebaya. Hadiah, perhatian, atau tindakan-tindakan khusus akan pelaku berikan kepada korban sebagai strategi dalam membangun ikatan yang lebih jauh. Kepercayaan yang sudah terbentuk membuat pelaku dapat memanipulasi dan mengendalikan korban secara emosional.
4. Normalisasi interaksi seksual
Pelaku akan mendoktrin anak bahwa kontak fisik, seperti pelukan, ciuman, elusan, dan lain-lain merupakan hal yang normal untuk dilakukan. Percakapan seksual akan diselipkan sedikit demi sedikit, hingga akhirnya aktivitas seksual dapat terjadi karena terbiasa. Normalisasi hal tersebut membuat anak merasa jika interaksi seksual yang dilakukan bukanlah suatu ancaman besar. Terkadang, mereka melihat tindakan tersebut sebagai bentuk kasih sayang atau perhatian yang diterima dari seseorang yang mereka percayai.
- Trauma berkepanjangan
- Gangguan mental berupa kecemasan, depresi, Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD), dll.
- Gangguan kepercayaan diri
- Isolasi diri dari lingkungan sosial
- Dikucilkan di lingkungan masyarakat akibat stigma negatif yang menyebar.
- Tindakan menyakiti diri atau bunuh diri
Apa yang harus kita lakukan?
Melihat maraknya child grooming di lingkungan sosial, kita harus menyikapi fenomena tersebut tentunya dengan menentang tindakan para pelaku child grooming. Normalisasi hubungan percintaan anak di bawah umur dengan orang dewasa di lingkungan kita juga harus dihilangkan, karena hal tersebut bisa menjadi celah terjadinya child grooming. Para anak atau remaja yang rentan menjadi korban child grooming harus diberikan edukasi mengenai bahaya child grooming untuk diri mereka.
Ingatkan mereka untuk:
- Mengetahui seperti apa batasan yang normal dan tidak normal saat berinteraksi dengan orang lain.
- Jangan takut untuk bilang "tidak" jika orang lain sudah meminta sesuatu yang membuat mereka tidak nyaman.
- Melaporkan kepada orang terdekat jika mendapat perlakuan yang tidak wajar dan mencurigakan dari orang dewasa.
Komentar
Posting Komentar