Stop Pernikahan Dini! Kita Cegah Sekarang!

 Ditulis oleh Dwi Cahyani dan Aufa Syawalina


Halo Genrengers pembaca setia blog! Gak kerasa kita sudah ada di penghujung tahun. Semoga kalian sudah memaafkan 2023 ya dan mulai menyapa tahun baru 2024 dengan versi kamu yang lebih baik lagi. Pada blog kali ini, kita bawain isu yang penting buat Genrengers, yaitu isu pernikahan dini. Seperti yang Genrengers ketahui, Pernikahan dini merupakan sebuah fenomena yang marak terjadi dan dapat berdampak negatif pada kehidupan. Bahkan menurut data UNICEF Indonesia, fenomena pernikahan dini atau pernikahan pada anak di Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, fenomena pernikahan dini atau perkawinan anak mengalami penurunan sebanyak 3,5 poin persen. Namun, penurunan ini masih tergolong lambat dan diperlukan upaya yang lebih keras agar mencapai target, yaitu 8,74 persen pada tahun 2024 dan 6,94 peresen pada tahun 2030.

Nah, Fenomena pernikahan dini dapat dipengaruhi oleh tradisi yang dijalankan suatu daerah. Apalagi tradisi itu diturunkan dari generasi ke genarsi. Sehingga tradisi pernikahan dini masih sering dilakukan. Pernikahan dini karena tradisi biasanya didasari oleh berbagai faktor. Yang pertama adalah faktor ekonomi yaitu untuk mengatasi kestabilan ekonomi keluarga sehingga keluarga lebih memilih pernikahan dini untuk mengatasi kemiskinan. Kedua adalah faktor pendidikan yaitu karena akses pendidikan yang rendah dan menjadi hambatan pemahaman resiko pernikahan dini. Ketiga, faktor sosial dapat terjadi karena adanya tekanan dari keluarga dan  lingkungan untuk melakukan pernikahan dini  dapat mempengaruhi keputusan seseorang. Terkadang norma sosial juga mendukung bahwa menikah adalah langkah yang di harapkan. Karena pada dasarnya seseorang yang melakukan pernikahan dini usianya terlalu muda dan sering kali belum siap secara mental.

Pernikahan dini dilakukan oleh seseorang yang usianya belum mencapai 18 tahun. Hal ini dapat mempengaruhi perempuan maupun laki - laki tetapi sayangnya seringkali perempuan yang lebih  terkena  dampaknya. Dengan melakukan pernikahan dini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan individu. Anak-anak yang melakukan pernikahan dini tentunya belum siap secara fisik dan mental dalam menghadapi tantangan kehidupan. Selain itu juga dampak pernikahan dini dapat membatasi mereka mengenai pendidikan dan peluang pekerjaan, mengurangi kesehatan ibu dan anak, serta meningkatkan risiko perceraian.

Oleh karenanya diperlukan pencegahan pernikahan dini, yaitu dengan beberapa cara.

1.      Edukasi pernikahan dini

Adanya faktor budaya perjodohan disebabkan karena kurangnya pengetahuan orang tua tentang kerugian dari pernikahan dini. Oleh karenanya pernikahan dini dapat dicegah dari menanamkan pengetahuan kepada orang tua. Apalagi orang tua merupakan orang yang pertama kali mengajarkan sesuatu kepada anaknya. Orang tua juga kerap berhadapan dengan anak.

2.      Hindari pergaulan bebas

Pergaulan yang terkontrol dapat menjadi penyebab dari pernikahan dini, dimana anak-anak atau remaja yang memiliki suatu hubungan romantic dapat melakukan seks di luar nikah tanpa mengaman. Hal ini dapat mengakibatkan adanya kebobolan yang membuat anak-anak atau remaja yang menjalin hubungan ini harus bertanggung jawab dan melakukan pernikahan supaya tidak dapat cibiran dari lingkungan sosial

3.      Melakukan perlindungan kepada wanita dan anak

Wanita sering kali menjadi korban dari pernikahan dini dan pergaulan bebas. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah memperketat perlindungan terhadap para wanita di Indonesia dan anak-anak.

Tentu saja, Genrengers. Dengan melakukan pencegahan kita dapat meminimalisir peningkatan angka pernikahan dini di Indonesia. Apalagi, mencegah lebih baik daripada mengobati. Karena hal yang sudah terlanjut terjadi akan susah untuk dikembalikan seperti semula. Stop pernikahan dini! Ayo kita mulai mencegah pernikahan dini! See di blog selanjutnya, Genrengers!


sumber : unicef indonesia 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUGAS POKOK dan FUNGSI HUMAS PIK-R AKSIOLOGI UNSOED

NGINTIP CIRI-CIRI ANTI-MAINSTREAM GENERASI STRAWBERRY! YUK KENALAN!

Ketidaksetaraan Gender dalam Akses Kesehatan Reproduksi