GENDER

 

GENDER

 

Halo, Genrengers! Sudah banyak sekali episode dari kita membahas dunia program ketahanan remaja alias GenRe. Kali ini, kita bakal membahas mengenai “Gender”. Sejauh ini, kita selalu melekatkan gender dengan jenis kelamin tanpa sekat apapun. Padahal, gender dan jenis kelamin itu beda, kawan! Gender lebih kepada pembedaan antara laki-laki dan perempuan yang mengarah kepada nilai, posisi, peran, relasi, sifat, dan lainnya yang merupakan bentukan sosial. Beda dengan jenis kelamin yang mana ia lebih membedakan pada kepemilikan organ reproduksi alias lebih ke arah perbedaan biologis.

Gender merupakan pembedaan laki – laki dan perempuan baik itu dalam bentuk peran, relasi, posisi, ataupun nilai, yang termasuk bentukan sosial. Hal yang mempengaruhi konstruksi social meliputi suku/ras, politik, waktu, tempat, social budaya, ekonomi, dan interpretasi agama sehingga sesungguhnya bisa berubah.

Gender dan jenis kelamin tidak sama. Karakter seksual sudah ada secara biologis dan akan tetap ada sepanjang waktu. Atribut gender dapat berubah sepanjang waktu karena bersifat social serta dalam setiap budaya memiliki ide dan kepercayaan yang berbeda mengenai peran serta tanggung jawab gender. Perbedaan dan kesetaraan merupakan dua hal yang berbeda. Anak laki – laki dan perempuan memang berbeda, tapi hal ini tidak bisa menjadi alasan yang berdampak pada status seseorang. Ketidaksetaraan gender terjadi karena adanya perbedaan perlakuan pada anak perempuan serta perempuan yang diperlakukan tidak adil karena jenis kelamin mereka.

Jenis kelamin merupakan identitas biologis, sedangkan gender merupakan konstruksi social. Gender dapat diartikan sebagai klasifikasi individu terkait dirinya sebagai perempuan atau laki – laki. Adapun hal – hal yang dapat mempengaruhi hal tersebut adalah proses psikologis, perilaku dan budaya. Peran gender dapat diartikan sebagai ekspektasi budaya terhadap bagaimana perlakuan terhadap gender tertentu. Pembedaan peran gender serta kedudukan seseorang dibangun oleh budaya dan masyarakat karena seseorang itu lahir sebagai laki – laki atau perempuan. Sudah sejak dahulu terjadi pembedaan peran dan posisi antara laki – laki dan perempuan dan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya sehingga sudah dianggap sebagai suatu ideologi.

Perlu kita ingat, gender terbentuk oleh adanya konstruksi sosial yang dipengaruhi oleh tempat, waktu, suku atau ras, politik, ideologi, dan hal-hal sosial budaya lainnya. Gender sejatinya dinamis atau bisa berubah tergantung pada faktor kepengaruhannya. Selama ini, kita selalu menggemakan kesetaraan gender. Kesetaraan gender menjadi isu yang sangat populer kerena kita harus memahami bahwa siapapun bisa menjadi siapa saja. Kita hidup dipayung budaya patriarki yang terlalu menumpukan aspek hidup kepada laki-laki. Dengan konsep kesetaraan gender, kita dapat memahami bahwasannya perempuanpun bisa melakukan pekerjaan laki-laki dan laki-lakipun bisa melakukan apapun yang biasanya dilakukan perempuan.

Berangkat dari pembahasan gender, gender sesungguhnya adalah konsep diri. Sejauh ini, gender menurut kacamata masyarakat pada umumnya terlalu kaku dan sering mengotakkan. Pengotakkan gender terjadi karena proses internalisasi yang mana ada keyakinan bahwa kebenaran yang menjadi tolak ukur. Hal tersebut secara tidak langsung dipercaya dan dilestarikan dan turun-temurun. Konsep diri seseorang akan terbentuk seiiring adanya proses internalisasi sehingga menimbulkan keadaan seseorang yang kesulitan menerima dirinya. Konsep diri menjadi identitas diri juga yang mana kita berani untuk mengakui diri yang hadir dari adanya perasaan benar tanpa intervensi dunia luar. Proses perubahan pada pementukan diri dapat tercermin pada: perasaan, cara berpikir, cara menilai, keinginan, harapan dan cita-cita, kehendak cara bertindak, dan perilaku.

 

Peran gender merupakan aktivitas yag diberikan kepada individu berdasarkan karakteristik yang ditentukan secara social dan dibentuk melalui sekolah, intitusi keagamaan, kebudayaan, dan lain sebagainya. Seiring dengan perkembangan zaman, peran gender mulai berubah. Sebagai contoh, dahulu sedikit perempuan yang menjadi pemimpin dalam pemerintahan, dokter, maupun insinyur, tetapi sekarang sudah banyak perempuan yang menekuni profesi tersebut. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUGAS POKOK dan FUNGSI HUMAS PIK-R AKSIOLOGI UNSOED

NGINTIP CIRI-CIRI ANTI-MAINSTREAM GENERASI STRAWBERRY! YUK KENALAN!

Ketidaksetaraan Gender dalam Akses Kesehatan Reproduksi