Self-Love: Langkah Awal Melawan Insecurity
Self-Love: Langkah Awal Melawan Insecurity
Aku benci diriku. Aku benci karena selalu gagal, aku benci karena rupaku yang tidak rupawan, aku benci karena tidak memiliki sesuatu untuk dibanggakan. Pada akhirnya, aku menjadi orang yag tidak berguna – Lumpur Sawah.
“Aku ngga enak kalau nolak permintaan dari orang lain, tapi aku capek kalau terus terusan dimintai tolong. Aku harus bagaimana?” – Katak Terbang
Halo PIKers, pernahkah kalian mengucapkan kalimat-kalimat diatas pada diri kalian sendiri? Kalau iya, apa alasan kalian mengucapkannya? Lantas, apakah kalian pernah atau sedang merasa tidak puas dengan potensi diri kalian sendiri? Perlu kalian ketahui, hampir sebagian manusia di bumi merasa tidak puas dengan dirinya sendiri sehingga banyak dari mereka yang membenci diri mereka sendiri. Rasa ketidakpuasan hingga rasa benci tersebut mengganggu kondisi psikologis seseorang sehingga dapat menyebabkan depresi dan gangguan psikologis lainnya. Kemudian, bagaimana caranya agar kita tidak terjebak dalam pusaran rasa benci terhadap diri sendiri? Jawabannya, kita dapat mulai dengan belajar mencintai diri sendiri.
Mencintai diri sendiri atau self-love yaitu ketika kamu dapat menerima diri kamu secara sepenuhnya. Dalam arti kamu memperlakukan diri kamu dengan kebaikan dan penuh rasa hormat serta selalu memelihara kesejahteraan diri. Self-love tidak hanya terbatas pada cara seseorang memperlakukan diri sendiri, tetapi juga meliputi pikiran dan perasaan seseorang terhadap dirinya sendiri. Jadi, ketika kamu dapat mengonsepkan self-love atau cinta diri, maka kamu dapat membayangkan apa yang akan kamu lakukan untuk kebahagiaan kamu dan mengerti tentang perasaan sendiri.
Mengapa mencintai diri sendiri itu penting? Karena banyak remaja di era sekarang yang selalu merasa insecure atau tidak percaya diri ketika mereka mengalami kegagalan dan tidak menyadari potensi yang dimilikinya sehingga mereka cenderung merasa tertekan. Seorang remaja yang semakin hari semakin merasa “kecil” atau insecure, ditambah lagi tidak didukung dengan lingkungan yang suportif membuat perasaan tertekan itu menumpuk hingga berubah menjadi rasa tidak puas dan benci terhadap diri sendiri. Dampaknya, kondisi psikologis dan kehidupan sosialnya akan terganggu.
Perlu diketahui, mencintai diri sendiri bukan berarti kita harus selalu merasa positif sepanjang waktu, karena hal tersebut juga tidak realistis. Selain itu, dapat juga mendatangkan toxic positivity. Jadi, ketika kita belajar mencintai diri sendiri kita boleh merasa kesal, marah, kecewa dengan diri sendiri namun kita tidak membenci diri sendiri. Perasaan tersebut kita jadikan sebagai sebuah instropeksi terhadap diri sendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Karena, pada dasarnya mencintai diri sendiri yaitu ketika kita tetap dapat menerima setiap kekurangan yang kita miliki. Berikut beberapa contoh bagaimana self-love dapat terlihat dalam sebuah tindakan:
• Mengatakan hal-hal positif terhadap diri sendiri
• Memaafkan diri sendiri ketika melakukan kesalahan
• Bersikap tegas ketika orang lain memanfaatkan potensi kita
• Memprioritaskan kesehatan dan kesejahteraan diri
• Memaafkan kesalahan orang lain untuk diri sendiri
• Mengenali potensi diri dan menerima setiap kekurangan yang ada
• Mencoba hal-hal yang baru
Nah, apabila kita tidak mencintai diri sendiri maka kita akan jatuh dalam kesenangan orang lain dan sebuah perfeksionisme diri. Selain itu, kita juga akan mentolerir perlakuan buruk dari orang lain dan juga tidak selalu mengutamakan diri sendiri. Seperti halnya dengan membuat sebuah keputusan bukan untuk diri sendiri melainkan orang lain. Self-love atau cinta diri menjadi sebuah fondasi bagi kita untuk dapat bersikap tegas, menetapkan batasan dan menciptakan hubungan sehat dengan orang lain. Selain itu kita dapat menyadari potensi diri kita dan menetapkan sebuah tujuan untuk masa depan. Dan yang pasti, kita akan merasa bangga dengan diri kita.
Mencintai diri sendiri merupakan hal yang berbada dengan narsisme. Hambatan seseorang ketika belajar mencintai diri sendiri yaitu selain mempertanyakan apakah mencintai diri sediri adalah hal yang penting, maka hambatan lainnya yaitu ketika seseorang meyakini bahwa mencintai diri sendiri itu narsis atau egois. Sejatinya, mencintai diri sendiri bukan berarti menempatkan diri kita di atas orang lain. Mencintai diri sendiri itu bukan tentang menunjukkan betapa hebatnya diri kita, melainkan bagaimana kita menerima setiap kekurangan yang ada dan menciptakan hubungan sehat dengan orang lain. Mencintai diri sendiri bukan berarti kita mengacuhkan orang lain.
Sumber:
Martin, Sharon. 2019. “What is Self-Love and Why Is It So Important?”. https://blogs.psychcentral.com/imperfect/2019/05/what-is-self-love-and-why-is-it-so-important/.
Komentar
Posting Komentar