Menjaga Kesehatan Mental di Masa Pandemi (Faradilah Salsabila)


“#dirumahaja?”
“bosen deh”, “pusing banyak tugas”, “serem deh sekarang kalau liat berita”, “sedih, ga bisa kumpul bereng temen”

Hal diatas mungkin sering kita dengar atau bahkan kita rasakan? saat ini seluruh manusia tengah menghadapi perubahan kehidupan yang besar, yang disebabkan oleh adanya pandemi covid-19.Covid-19 ini menjadi pusat perhatian, dimana dampak yang ditimbulkannya sangat luas, pemberitaan-pemberitaannya pun santer ditayangkan seluruh media. Pandemi ini pula, membuat keseluruhan gerak manusia dibatasi, yang akhirnya muncul gerakan #dirumahaja untuk memutus rantai penyebaran dan menyelesaikan pandemi ini.
Salah satu dampak dari pandemi ini dirasakan juga oleh remaja. Beban fisik serta psikologis dirasakan oleh remaja. Banyak mendengar berita buruk mengenai covid, lingkungan dan cara mereka bergaul berubah, beban pendidikan yang semakin bertambah, serta kondisi keluarga dimana tingkat konflik orang tua dan anak justru kini semakin meningkat, akhirnya menyebabkan munculnya kecemasan, stres, dan kesehatan mental mereka terpengaruh.
Menurut WHO (2011) dalam Dewi (2012) menyatakan bahwa kesehatan mental merupakan kondisi kesejahetraan yang disadari individu, dan terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta dapat berperan serta di komunitasnya.
Dan pada saat ini, kemungkinan terganggunya kondisi kesehatan mental tidak bisa kita hindari, namun bisa kita cegah dan kendalikan. Gimana ya caranya?
Terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk membentengi diri dari kecemasan dan terganggunya kesehatan mental, yaitu:
1.    Mencari sumber informasi yang terpercaya
Saat ini banyak informasi yang beredar mengenai covid, bahkan sampai digrup Whatsapp Pikers kan?Banyaknya informasi dibarengi dengan semakin besar pula kemungkinan hoax, sehingga kita harus berhati-hati dalam membaca dan mencari informasi, carilah informasi melalui web-web resmi, seperti laman kesehatan atau pemerintah. Dan apabila berita tersebut justru menimbulkan kecemasan, maka batasi diri dalam membaca informasi dan carilah bacaan yang dapat membuat Pikers merasa lebih baik.
2.    Manfaatkan teknologi sebagai sarana silaturahmi
Dengan kebijakan physical distancing kita dilarang untuk berkerumun dan melakukan kontak fisik dengan orang lain. Hal ini pula yang membuat kita bosan dirumah saja kan? tetapi dengan memanfaatkan teknologi yang ada seperti sosial media dapat menjadi solusi agar kita tetap bisa berkomunikasi dan menjalin silaturahmi dengan teman ataupun saudara.
3.    Tetap aktif didalam rumah
Lakukan kegiatan yang dapat membuat Pikers merasa nyaman. Contohnya berolahraga, menonton film, membaca novel, mencoba resep-resep baru, atau bahkan dengan mendengarkan musik. Selain itu, tetap ingat bahwa kita memerlukan istirahat yang cukup, dan konsumsi makanan yang seimbang. Tetap aktif akan membuat kita merasa tidak bosan, sehingga tidak muncul kecemasan dan kesehatan fisik serta mental kita tetap terjaga.
4.    Jaga hubungan baik dengan keluarga
Keluarga merupakan kunci dalam kesehatan mental dimasa pandemi. Keluarga memiliki beberapa fungsi, dan yang paling utama di masa pandemi ini yaitu fungsi cinta kasih serta fungsi perlindungan. Keluarga merupakan tempat untuk menciptakan suasana cinta, kasih dan nyaman bagi anggota keluargnya. Sehingga, dimasa pandemi ini, dengan menjaga kasih sayang serta komunikasi dengan keluarga dapat meringankan beban serta kecemasan kita. Kepada keluarga kita juga bisa mencurahkan apapun yang kita rasakan, tanpa perlu khawatir, karena akan memberikan perlindungan kepada anggota keluarganya, sehingga apapun keadaan yang dirasakan bisa diselesaikan bersama-sama. Jadi, menjaga hubungan, menjaga komunikasi, dan mencurahkan rasa saling menyayangi, dapat menjadi kunci untuk mencegah kesemasan dan menjaga kesehatan mental dimasa pandemi ini.
Jangan lupa tetap patuhi anjuran pemerintah dan jaga kesehatan mental kita, ya.
Stay Safe Pikers

Salam GenRe!



Sumber:

Dewi, Kartika Sari. 2012. Buku Ajar Kesehatan Mental. Semarang: UNDIP Press Semarang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUGAS POKOK dan FUNGSI HUMAS PIK-R AKSIOLOGI UNSOED

NGINTIP CIRI-CIRI ANTI-MAINSTREAM GENERASI STRAWBERRY! YUK KENALAN!

Ketidaksetaraan Gender dalam Akses Kesehatan Reproduksi