Pendewasaan Usia Perkawinan, Pentingkah?
Pada saat ini, banyak sekali kaum muda yang melakukan
perkawinan di usia muda. Bisa dibilang fenomena ini dianggap merupakan hal yang
lebih baik dilakukan apabila melihat dampak negatif yang akan terjadi apabila
seseorang yang melakukan hubungan seks di luar perkawinan yang sah. Namun,
dibalik dampak positif untuk menghindari perbuatan zina, ada pula dampak negatif
yang akan menimpa kesejahteraan rumah tangga tersebut. Mengapa demikian? Karena
terdapat banyak aspek yang memengaruhi rumah tangga yang dijalani oleh pasangan
muda. Perlu diketahui bahwa menurut program GenRe (Generasi Berencana), usia
ideal bagi seseorang laki-laki untuk menikah adalah 25 tahun, sedangkan untuk
perempuan adalah 21 tahun.
Pendewasaan
Usia Perkawinan (PUP) tidak hanya sekadar menunda pernikahan sampai pada usia
tertentu saja, tetapi juga mengusahakan agar kehamilan pertama terjadi pada usia yang cukup dewasa
dan dengan kondisi psikis yang matang. Apabila kehamilan pertama terjadi pada
usia muda, hal ini dikhawatirkan akan berakibat buruk bagi si Ibu dan bayinya
nanti. Tujuan dari Pendewasaan Usia Perkawinan itu sendiri adalah untuk memberikan
pengertian dan kesadaran bagi pada remaja agar merencanakan kehidupan keluarga dengan
mempertimbangkan beberapa aspek kehidupan berkeluarga diantaranya adalah aspek
kesehatan, aspek mental, aspek emosional, aspek pendidikan, aspek ekonomi, dan aspek
sosial.
Jika dilihat dari aspek kesehatan, apabila
seorang perempuan melahirkan sebelum usia 21 tahun, maka akan meningkatkan
risiko kematian Ibu hingga lima kali lipat lebih besar dibandingkan dengan
perempuan yang melahirkan di atas usia 21 tahun. Kemudian dari aspek mental dan
emosional, remaja yang pada usia di bawah 21 tahun dianggap masih kurang dewasa
dan memiliki kondisi psikologis dan mental yang masih labil. Lalu jika ditinjau
dari aspek pendidikan, remaja yang menikah dini hanya sebesar 5,6% yang pada
akhirnya melanjutkan pendidikan setelah menikah (Plan Internasional, 2011). Hal
ini terjadi karena mereka merasa malu apabila melanjutkan pendidikan setelah
menikah. Selanjutnya ada aspek ekonomi, yaitu pernikahan dini akan membuat
mereka sulit mencari pekerjaan karena umur belum cukup matang dan hanya
mengenyam pendidikan pada tingkat yang rendah, sehingga tidak memenuhi
kualifikasi lolos kerja. Melihat dari aspek sosial, pernikahan dini juga
cenderung berdampak pada kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Membaca penjelasan di atas, yakin kamu
masih mau menikah dini? Menikah memang hak individu dan pilihan masing-masing
orang. Keputusan untuk menikah dini atau menikah pada usia tertentu juga
bergantung pada individu tersebut. Alangkah lebih baik jika kita mempersiapkan
segalanya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menikah. Jangan hanya
memikirkan nafsu dan kesenangan sesaat, karena pernikahan akan dijalani seumur
hidup dan dengan orang yang sama. Oleh karena itu, pastikan kamu memilih
pasangan yang tepat dan menikah pada usia yang tepat pula.
Komentar
Posting Komentar